1.Pengertian
Sistem Reproduksi Wanita
Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma
ke dalam tubuh wanita dan sebagai
pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi.
Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar,
sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi
kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.
Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang
terdiri dari:
· Ovarium (indung telur), menghasilkan
sel telur
· Tuba falopii (ovidak), tempat
berlangsungnya pembuahan
· Rahim (uterus), tempat berkembangnya embrio
menjadi janin
·
Vagina, merupakan jalan lahir.
ORGAN KELAMIN LUAR
Organ kelamin luar (vulva)
dibatasi oleh labium mayor (sama dengan skrotum pada pria).
Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
(penghasil minyak); setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut.
Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan
mengelilingi lubang vagina dan uretra. Lubang pada vagina disebut introitus
dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset.
Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan
(lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar Bartolin.
Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih
dari kandung kemih.
Labium minora kiri dan kanan
bertemu di depan dan membentuk klitoris, yang merupakan penonjolan kecil
yang sangat peka (sama dengan penis pada pria).
Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium
(sama dengan kulit depat pada ujung penis pria).
Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi. Labium
mayor kiri dan kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum, yang
merupakan suatu jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus. Kulit
yang membungkus perineum dan labium mayo sama dengan kulit di bagian tubuh
lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk sisik. Sedangkan selaput
pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir, lapisan dalamnya
memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi permukaannya tetap lembab
karena adanya cairan yang berasal dari pembuluh darah pada lapisan yang lebih
dalam.
Karena kaya akan pembuluh darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna
pink.
Lubang vagina dikeliling oleh himen
(selaput dara).
Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi, karena itu pada saat pertama kali
melakukan hubungan seksual, himen bisa robek atau bisa juga tidak.
ORGAN KELAMIN DALAM
Dalam keadaan normal,
dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada
ruang di dalam vagina kecuali jika vagina terbuka (misalnya selama pemeriksaan
atau selama melakukan hubungan seksual).
Pada wanita dewasa, rongga vagina memiliki panjang sekitar 7,6-10 cm. Sepertiga
bagian bawah vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah vagina. Dua
pertiga bagian atas vagina terletak diatas otot tersebut dan mudah teregang. Serviks
(leher rahim) terletak di puncak vagina. Selama masa reproduktif, lapisan
lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum pubertas dan
sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin.
Rahim merupakan suatu organ
yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak vagina. Rahim terletak
di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6 ligamen.
Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus (badan rahim).
Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina. Korpus biasanya
bengkok ke arah depan. Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali
dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar
untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya mengkerut
sehingga bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina.
Sebuah saluran yang melalui
serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah menstruasi keluar.
Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama
masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur).
Saluran di dalam serviks adalah sempit, bahkan terlalu sempit sehingga selama
kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Tetapi pada proses persalinan saluran
ini akan meregang sehingga bayi bisa melewatinya.
Saluran serviks dilapisi oleh
kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh
sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi.
Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya
dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi,
kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup
selama 2-3 hari.
Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba
falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual yang dilakukan
dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan.
Lapisan dalam dari korpus
disebut endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi, endometrium
akan menebal.
Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadilah
perdarahan. Ini yang disebut dengan siklus menstruasi. Tuba falopii membentang
sepanjang 5-7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium.
Ujung dari tuba kiri dan kanan
membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh
ke dalamnye ketika dilepaskan dari ovarium.
Ovarium tidak menempel pada tuba falopii tetapi menggantung dengan bantuan
sebuah ligamen.
Sel telur bergerak di
sepanjang tuba falopii dengan bantuan silia (rambut getar) dan otot pada
dinding tuba.
Jika di dalam tuba sel telur bertemu dengan sperma dan dibuahi, maka sel telur
yang telah dibuahi ini mulai membelah.
Selama 4 hari, embrio yang kecil terus membelah sambil bergerak secara perlahan
menuruni tuba dan masuk ke dalam rahim.
Embrio lalu menempel ke dinding rahim dan proses ini disebut implantasi.
Setiap janin wanita pada usia
kehamilan 20 minggu memiliki 6-7 juta oosit (sel telur yang sedang
tumbuh) dan ketika lahir akan memiliki 2 juta oosit.
Pada masa puber, tersisa sebanyak 300.000-400.000 oosit yang mulai mengalami
pematangan menjadi sel telur. Tetapi hanya sekitar 400 sel telur yang
dilepaskan selama masa reproduktif wanita, biasanya setiap siklus menstruasi
dilepaskan 1 telur.
Ribuan oosit yang tidak mengalami proses pematangan secara bertahap akan hancur
dan akhirnya seluruh sel telur akan hilang pada masa menopause.
Sebelum dilepaskan, sel telur
tertidur di dalam folikelnya.
Sel telur yang tidur tidak dapat melakukan proses perbaikan seluler seperti
biasanya, sehingga peluang terjadinya kerusakan pada sel telur semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia wanita. Karena itu kelainan kromosom
maupun kelainan genetik lebih mungkin terjadi pada wanita yang hamil
pada usianya yang telah lanjut.